“Sekolah Inklusi Menjadi Jembatan bagi Penyandang Disabilitas”
Diposting pada: 2023-06-07, oleh : frendi, Kategori: Tanpa Kategori
“Sekolah Inklusi Menjadi Jembatan bagi Penyandang Disabilitas”
Oleh: Diatri MeiVita Sari,S.Pd
Pendidikan merupakan kebutuhan bagi semua insan. Melalui pendidikan, manusia dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya dan juga sebagai bekal untuk keberlangsungan hidup saat ini dan masa mendatang. Sesuai dengan isi dalam undang-undang, negara memiliki kewajiban untuk menjamin pendidikan bagi setiap warga negaranya. Warga negara tanpa terkecuali anak berkebutuhan khusus (ABK) berhak mendapat layanan pendidikan yang bermutu dan menjadikan manusia yang bermartabat. Tetapi pada kenyataannya, belum semua anak berkebutuhan khusus mendapat layanan pendidikan yang baik. Selama ini masyarakat mengenal bahwa anak berkebutuhan khusus hanya dapat menikmati layanan pendidikan di Sekolah Luar Biasa (SLB). Hal tersebut berakibat adanya ekslusifisme bagi anak berkebutuhan khusus dan dapat menghambat sosialisasi anak dengan lingkungan sekitar dan anak yang normal. Anak berkebutuhan khusus hanya memiliki ruang yang sempit dan juga terbatas dalam akses pendidikan.
Seiring dengan berkembangnya tuntutan zaman dan pemenuhan hak terhadap anak berkebutuhan khusus, maka tercipta konsep sekolah inklusi. Sekolah inklusi ini menjadi harapan dan jembatan untuk memperluas akses pendidikan bagi ABK agar mendapat layanan pendidikan yang setara dan bermutu. SMAN 1 Bergas merupakan salah satu sekolah inklusi. Keberadaan sekolah inklusi yang dekat dengan rumah Evi Afita Sari (18 tahun) siswa kelas XII IPS 1 SMAN 1 Bergas, dapat menyelamatkan kesulitan bersekolahnya. Areza merupakan siswa berkebutuhan khusus. Sebelumnya, Evi ingin menyekolahkan di sekolah SLB, karena memang Areza memiliki kebutuhan khusus. Namun, niat tersebut tidak terlaksana karena terkendala dengan jarak yang jauh dari tempat tinggal dan juga biaya yang mahal. Sejak sekolah dasar Evi sudah bersekolah di SD negeri, yaitu SD N 3 Pringapus. Setelah kelulusan sekolah dasar Evi melanjutkan di bangku SMP N 1 Bergas. Hal itu membuat orang tua Evi memilih SMAN 1 Bergas untuk melanjutkan pendidikanya.
Evi adalah salah satu siswa yang menyandang kategori Cerebral palsy (penyakit yang menyebabkan gangguan pada otot, gerak, dan koordinasi tubuh) sejak bayi pada bagian kiri tubuhnya. Pertama masuk ke sekolah, ia mengalami kesulitan dalam beradaptasi belajar bersama dengan siswa yang normal. Evi juga mengalami kesulitan dalam menerima pembelajaran yang berhubungan dengan fisik, khusunya pembelajaran olahraga.
Setelah berjalan 1,5 tahun belajar di sekolah inklusi, Evi sedikit demi sedikit dapat beradaptasi dengan siswa regular dan juga terhadap pembelajaran. Ia dapat mengidentifikasi dan menulis abjad A-Z, berhitung dan menuliskan angka, sampai dengan dapat membaca kata sederhana. Evi juga lebih percaya diri untuk berkomunikasi dengan orang lain. Hal tersebut merupakan kemajuan yang sangat luar biasa.
Yeani sebagai orang tua merasa lega karena melihat Evi anaknya yang memiliki kebutuhan khusus dapat bersekolah di sekolah regular dan memiliki kemajuan setiap harinya. Evi adalah bukti salah satu bukti nyata siswa SMAN 1 Bergas yang berkebutuhan khusus bersekolah hingga kelas XII SMA. Keberhasilan tersebut tidak lepas dari kerja keras kepala sekolah dan juga guru-guru yang sabar. Karena upaya untuk menyelenggarakan pendidikan inklusi tidaklah mudah.
Keberadaan Guru Pendamping Khusus (GPK) sangat penting ada di tengah-tengah sekolah inklusi. Guru Pendamping Khusus (GPK) membantu siswa ABK untuk mendapatkan pembelajaran khusus. Namun, tidak semua sekolah inklusi mendapatkan Guru Pendamping Khusus. Salah satunya SMAN 1 Bergas yang saat ini tidak ada GPK. Walaupun tidak ada GPK, sekolah selalu berupaya untuk meningkatkan layanan terhadap ABK.
Dalam beberapa kesempatan, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim mengatakan, pendidikan khusus sangat erat dengan filosofi Merdeka Belajar. ”Tidak mungkin kita mencapai merdeka belajar tanpa sekolah inklusi,” tuturnya. Terkait peningkatan kompetensi guru, idealnya semua guru memiliki pengetahuan dasar mengenai pendidikan inklusi. “Di dalam transformasi pendidikan profesi guru kita, komponen pendidikan khusus harus menjadi salah satu pilar yang utama,” lanjut Nadiem.
Memang pelaksanaan pendidikan inklusi masih sangat jauh dari kata sempurna dan berhasil. Namun sekolah inklusi ini diharapkan mampu mengubah stigma negatif ABK yang harus berada di SLB. Sejalan dengan pelaksanaan Pendidikan inklusi yang masih terdapat banyak masalah, diharapkan nantinya ada desain model sekolah inklusi yang lebih matang dan potensial karena setiap ABK memiliki hak untuk mendapatkan layanan pendidikan yang bermutu. Layanan sekolah inklusi akan menjadi jembatan yang kokoh dalam dunia Pendidikan jika satu per satu permasalahan yang ada dilapangan dikaji secara komprehensif.


Berita Lainnya
- SARASEHAN SMA NEGERI 1 BERGAS DALAM RANGKA HARI GURU NASIONAL DAN HUT PGRI KE-76
- Kegiatan Pengabdian Masyarakat Mahasiswa UDINUS – Prodi Teknik Informatika di SMA Negeri 1 Bergas
- Selamat dan Sukses Peserta Didik SMA N 1 Bergas lolos SNBP dan SPAN-PTKIN 2023
- Kegiatan Classmeeting
- Meningkatkan Semangat Belajar Sejarah melalui Kegiatan Lawatan Ke Situs Sejarah Candi Ngempon
Tinggalkan Komentar
Ada 0 komentar untuk berita ini

- Kegiatan Pengabdian Masyarakat Mahasiswa UDINUS – Prodi Teknik Informatika di SMA Negeri 1 Bergas
- Meningkatkan Keterampilan Membaca Aksara Jawa Angka dengan Media Kartu dan Quiziz
- Menulis Tembang Gambuh Metode Inquiry dengan (PJBL) melalui Pendekatan Saintifik
- INFORMASI DAFTAR ULANG
- MGMP Matematika Gelar Workshop Perangkat Ajar KM